Demokrasi Indonesia Terasa Nano-Nano

Demokrasi sebagai sistem yang telah disepakati dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia patut diapresiasi. Secara prosedural demokrasi di Indonesia belum optimal. Seperti dalam pemilu yang masih dihiasi berbagi problem klasik berupa kampanye hitam, politik uang dan lain-lain.

Kesadaran rakyat untuk berpartisipasi dalam pemilu pun mengalami fluktuasi. Hal ini disebabkan karena esensi berdemokrasi yakni kesejahteraan rakyat belum terjewantahkan.

Rakyat Indonesia hanya digiring dan dilirik ketika pemilu dengan janji kampanye. Akan tetapi, para elit ketika terpilih melupakan rakyat dan malah sibuk mensejahterakan diri, kelompok dan golonganya. Sehingga demokrasi telah berubah pola dari rakyat, oleh rakyat dan untuk kalangan elit semata.

Pejabat di era milenial pun lebih sering mengumbar isu kontroversi ketimbang mencari solusi terhadap permasalahan yang dihadapi rakyat. Rakyat digiring mengikuti kemauan pemerintah sehingga berpotensi otoritarianisme. Rakyat disibukkan berbagai spekulasi demi menutupi kasus yang menjadi perhatian publik.

Sejak rezim ini berkuasa rakyat disajikan dengan hembusan kontroversi seperti kolom ktp tanpa agama, salam pancasila, pelemahan KPK, agama musuh besar pancasila dan masih banyak hal lainnya.

Mestinya eksekutif, legislatif, dan yudikatif tidak saling menyalahkan dan lempar batu sembunyi tangan tetapi berkolaborasi untuk mencari dan memenuhi kebutuhan rakyat. Semoga ke depan kedewasaan berdemokrasi di Indonesia berjalan sesuai dengan norma-norma demokrasi itu sendiri.

Saban hari potret demokrasi di Indonesia  terasa Nano-Nano. Karena di sinilah kita ditempah untuk merasakan manis pahitnya kehidupan.

Yang miskin semakin melarat. Dan yang kaya semakin melorot celana dan dompetnya sebab kekayaannya tidak akan habis sampai tujuh turunan. Kalaupun yang miskin jadi orang kaya raya sebab mereka berjuang dengan tetes darah dan keringat sampai titik akhir untuk 'sukses'.

Negeri Nano-Nano ini kaya akan berbagai sumber daya alam. Tetapi, hasil bumi dinikmati segelintir dan segolongan kaum saja. Sehingga orang disekeliling 'tambang' saja belum menikmati hasil dari olahan kandungan bumi Pertiwi. Bahkan jalannya terasa Nano-Nano. Aspalnya berhamburan, berlumpur hingga kebanjiran.

Selamat datang di Indonesia, negeri nan Indah. Negeri dimana hutan berubah warna jadi hitam kelabu akibat ilegal logging dan pembukaan lahan pertanian.

Jika anda masuk di Kalimantan akan melihat hutannya mulai gundul, tanahnya terus digerus, pasirnya diangkut. Dan yang lebih parahnya lagi, manusianya dirasuki berbagai pemikiran yang tidak sesuai budaya ketimuran hingga pemikirannya pun terasa asing dan aseng.

Wahai pemuda Indonesia, bangkitlah dari mimpi panjang dan touchscreen smartphone yang tiap detik menerima informasi dari berbagai arah. Mari lakukan apa yang mesti kita bisa lakukan tuk Indonesia yang lebih baik.

Duhai pihak eksekutif, legislatif dan yudikatif berbuatlah sesuai konstitusi dan jangan halangi rakyat menyampaikan aspirasinya. Tegakkan keadilan, penegakan hukum tanpa tebang pilih dan peningkatan kesejahteraan rakyat adalah tanggung jawab kalian.

Generasi Milenium hari ini akan mengguncang kepemimpinan rezim melalui semangat 'merasa' memiliki Indonesia. Merasalah memiliki Indonesia. Karena tanpa kalian Indonesia tidak akan terasa Nano-Nano.

Anugrahkanlah pemimpin yang tidak mengedepankan sikap egois, anti kritikan, dan hanya membagi kekayaan negara di tengah jeritan rakyat. Negeri ini butuh sosok negarawan yang mampu berdikari  dalam semua aspek.

#demokrasiindonesia
#komunitasdemokrasi

Comments

Popular posts from this blog

Jangan Coba-coba Beristri ASN

Anda Anak Petani, Jangan Minder Bersaing Jadi ASN

Menginspirasi dan Menebar Kebaikan ditengah Pandemi Corona