Jangan Coba-coba Beristri ASN
Reski, jodoh dan kematian adalah misteri ilahi yang tak seorang pun akan tahu seperti apa hidup dan kehidupannya kelak di kemudian hari. Percaya atau tidak percaya segalanya telah diatur oleh Sang Maha Pengatur.
Reski manusia telah diatur sedemikian rupa oleh Tuhan Yang Maha Esa bahkan hewan jelata sekalipun. Jodoh seseorang demikian pula adanya sedangkan kematian tercatat dan tidak ada yang tahu kapan, seperti apa dan dimana ajal akan menjemputnya.
Seperti halnya reski dan kematian, jodoh antara laki-laki dah perempuan tidak ada yang mampu memprediksi seperti apa kelak pendamping hidupnya. Ikatan suci antara dua insan berbeda-beda jalan pertemuannya. Ada yang dijodohkan melalui keinginan orang tuanya, 'insiden kecelakaan' atau hamil diluar nikah, ada pula yang hanya lewat pandangan pertama lalu lanjut ke pelaminan dan berbagai cerita lainnya.
Status pekerjaan dua insan pun berbeda-beda. Antara pegawai negeri dan pegawai negeri lainnya atau cinta lokasi, ASN dengan petani, pejabat dengan pejabat, tentara atau polisi dengan perawat atau dokter, ASN dengan pengangguran dan lain-lainnya.
Lantas bagaimana kondisi pemuda penggangguran dengan mempersunting perempuan bertahta ASN atau PNS? Barangkali ini hanya cerita fiktif atau memang ada kejadian diluar sana yang mengalaminya.
Cerita ini katanya berawal ketika seorang pemuda memperjuangkan dan mempersunting pujaan hatinya. Pemuda yang keliling Indonesia mencari dan mengumpulkan uang panaik (baca : mahar dan resepsi pernikahan). Untuk kalangan orang Bugis di Sulawesi Selatan kadangkala cinta kandas di tengah jalan karena masalah uang belanja yang diminta keluarga sang mempelai perempuan tidak disanggupi pihak oleh laki-laki hingga saban hari kita mendengar kasus kawin lari. Pada saat itu pemuda tersebut mampu menyepakati uang belanja hampir 50 jutaan diluar biaya lainnya.
Pemuda ini boleh dikata gagal sebab hanya tamatan sekolah menengah atas sedangkan calon istrinya adalah lulusan sekolah kesehatan. Akan tetapi jika telah berjodoh, maka akan dimudahkan jalannya menuju pelaminan. Singkat cerita jadilah mereka menikah dan setelah menikah keduanya mencoba keperuntungan di negeri seberang. Sang istri tidak lama dirantau sehingga pulang kampung terlebih dahulu. Sebagai suami yang bertanggung jawab dan berusaha menafkahi keluarga, maka sang suami memutuskan tinggal mencari sesuap nasi di kampung orang.
Meski berada dirantau namun komunikasi tetap berjalan. Sambil mengisi kekosongan, sang istri mencoba daftar Nusantara Sehat kala itu kemudian cpns. Nah. Ketika pendaftran cpns sang istri juga sedang mengandung anak pertamanya. Karena berada ditanah rantau, maka suami tidak menemani tes pertama di ibu kota propinsi. Karena kerjaan dikampung orang tidak terlalu mendukung, maka sang suami memutuskan pulang kampung juga.
Tiba di kampung halaman sangat bersyukur sebab sang istri lulus tes SKD dan masuk perengkingan meski hanya berada diposisi ketiga dengan nilai yang sangat tipis hanya beda 10 angka dan 1 angka dari posisi pertama dan kedua. Untuk mendukung kelulusan istri, maka doa, nazar puasa dan sedekah sampai niat berkorban seekor sapi pun dilakukannya bersama orang tua dan mertua.
Tes kedua pun segera dimulai dan konon pemuda itu menemani istri tercinta mengikuti SKB.
Pada akhirnya istrinya lulus jadi CPNS dan sebentar lagi ASN setelah ujian aktualisasi. Dibalik cerita tersebut ada fakta yang terlontar bahwa jangan coba-coba mempersunting ASN jika anda hanya pemuda pengangguran apalagi tidak ditakdirkan berstatus ASN. Tanggung jawab moralnya sangat besar kepada keluarganya. Meski anda juga akan keciprak sedikit tambahan tanggungan gajinya tetap saja kadangkala egoisme sang istri bahwa pendapatannya lebih banyak daripada sang suami.
Yang perlu dicatat memang bahwa dalam berumah tangga akan ada selalu gesekan mengenai keuangan apalagi disaat virus Corona mewabah saat sekarang ini. Kebutuhan semakin tinggi apalagi jika telah memiliki anak dan pemasukan berkurang karena PHK atau sulitnya mencari pekerjaan, maka benih ketersinggungan akan semakin terasa. Satu hal yang perlu disyukuri jika salah satu jadi ASN, maka dapat menutupi satu sama lain jika masing-masing tidak egois. Dari goresan ini mengajarkan sesungguhnya hidup dan berkehidupan haruslah saling melengkapi dan memahami satu sama lain. Sebelum beristrikan ASN, maka sebaiknya anda juga berstatus ASN. Semoga sakinah mawaddah dunia akhirat di bulan penuh berkah.
Comments