Belajar dari Filosofi Corona dan Banjir
Belajar dari Filosofi Corona dan Banjir
Dunia kembali dihadapkan dan dihebohkan dengan pandemi. Menurut data bahwa siklus wabah penyakit global ini muncul setiap seratus tahun. Corona yang muncul pada abad ke-21 telah mengajarkan banyak hal. Dan pandemi covid-19 membuat manusia untuk kembali menyucikan dirinya baik lahir maupun batin sebagaimana ketika dilahirkan secara fitrah.
Selain itu, corona juga membawa pesan untuk saling peduli satu dengan yang lain akibat keucekan manusia di zaman milenial. Karena terkadang seisi rumah saling cuek disebabkan sibuk dengan smartphonenya masing-masing. Tagline bekerja, belajar dan beribadah digelorakan demi memutus mata rantai penyebarannya.
Dalam situasi pandemi khususnya di Indonesia diuji dengan insentitas hujan yang tinggi di beberapa kabupaten dan kota.
Salah satu pemandangan menarik dikala hujan adalah banjir. Banjir sendiri sudah menjadi langganan kota-kota besar dan kabupaten seperti Jakarta, Makassar, Medan, Sinjai dan yang lainnya. Namun Jakartalah paling menyita perhatian publik, karena kota inilah cerminan dan wajah Indonesia di dunia. Akan tetapi, kabupaten dan kota lainnya juga tidak luput dari perhatian netizen.
Ada beberapa faktor munculnya banjir tersebut. Diantaranya drainase yang kurang berfungsi dengan baik, sampah yang berserakan dimana-mana dan masih banyak faktor penyebab lainnya. Untuk mencegah atau mengantisipasi banjir yang selalu menemani Bumi Panrita Kitta (baca : Sinjai) setiap tahunnya, maka seluruh elemen di kota ini perlu membudayakan hidup bersih di lingkungannya masing-masing dan tidak membuang sampah di sembarang tempat. Selain itu, pemerintah juga perlu membangun drainase yang baik dan menggalakkan hutan kota sebagai peresapan air hujan.
Namun demikian, pemerintah seharusnya bersinergi untuk mengatasi permasalahan yang sebernarnya sangat sepele . Pemerintah dan seluruh perangkatnya mau tidak mau harus turun tangan dan meninggalkan segala omong-kosong serta saling lempar tanggung jawab.
Sudah seharusnya pemerintah berbuat yang terbaik dilapangan sebelum rakyat melakukan sesuatu diluar kewajaran seperti dahsyatnya banjir ketika melanda sebagian daerah di Indonesia.
Pemerintah mesti belajar falsafat corona dan banjir yang melanda negeri ini. Berikan hak rakyat bagi yang terdampak corona secara merata. Hindarkan gesekan kesetaraan antara yang kaya dengan yang miskin. Jangan sampai rakyat kebanjiran amarah, kerasukan hegemoni perlawanan dan menghakimi para pemimpinya sendiri. Tapi semoga saja tidak demikian adanya!
Semua akan berlalu jika intropeksi diri, belajar dari kesalahan yang dimulai dari diri sendiri, masyarakat dan pemangku kepentingan.
Inspirasi Tulisan beberapa tahun silam
https://www.google.com/amp/s/news.okezone.com/amp/2014/01/17/367/927525/belajar-dari-filosofi-banjir
Comments